Warning: session_start(): open(/home/kabarterbaru/public_html/src/var/sessions/sess_f87c69efdc153af3f4ac8d9bfaaad726, O_RDWR) failed: No space left on device (28) in /home/kabarterbaru/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/kabarterbaru/public_html/src/var/sessions) in /home/kabarterbaru/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Biaya Pendidikan di Perbatasan Sangat Mahal - Kabarterbaru

Biaya Pendidikan di Perbatasan Sangat Mahal

1 decade ago 62
ARTICLE AD BOX
<img src=http://jurnalparlemen.com/photos/thumb/871/300/200/biaya-pendidikan-di-perbatasan-sangat-mahal.jpg /> Bahkan, bisa lebih mahal tiga sampai sepuluh kali lipat dari pendidikan di perkotaan. Biaya pendidikan masyarakat yang tinggal di perbatasan, sangat mahal. Bahkan, bisa lebih mahal tiga sampai sepuluh kali lipat dari pendidikan di perkotaan. Hal itu dikatakan anggota Komisi X dari Fraksi Partai Golkar (F-PG) Hetifah Sjaifudian.Hetifah mengemukan hal itu seusai mengadakan kunjungan kerja ke daerah pemilihan di Mahakam Ulu, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, yang berbatasan dengan Serawak, Malaysia. Menurut Hetifah, di sana guru dan murid harus ke sekolah dengan menggunakan perahu long boat. Ironisnya, guru yang akan mengurus dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) harus mengurus ke ibukota provinsi (Samarinda) selama dua hari. Ongkosnya bisa mencapai Rp 5 juta, sedangkan dana yang diurus sekitar Rp 15 juta, kata Hetifah, Senin (9/5).Setelah dihitung-hitung, dana BOS yang diberikan pemerintah pusat ternyata harus ditombok oleh guru dan kepala sekolah. Biaya yang mahal itu yang menyebabkan banyak guru tidak tahan mengajar di sana. Akibatnya, Mahakam Ulu selalu kekurangan guru. Padahal, di kota-kota lain di Kalimantan Timur, seperti Samarinda malah kelebihan guru.Dan, yang paling mengenaskan lagi adalah guru-guru yang mengajar di sana hanyalah lulusan Paket B. Sementara DAK (Dana Alokasi Khusus) yang diberikan hanya Rp 80 juta. Dana sebanyak itu, tidak banyak menolong pendidikan di perbatasan. Sebab untuk merenovasi perpustakaan saja, tidak cukup. Untuk membeli bahan seperti semen, selain jauh juga mahal, jelas Hetifah. Karena itu, Hetifah berharap pemerintah mau memikirkan dana pendidikan di perbatasan, dengan tidak membuat kebijakan berdasarkan standar yang sama.
Read Entire Article